“Partai politik bukan sekadar kendaraan menuju kekuasaan. Golkar harus hadir sebagai lembaga pendidikan publik. Golkar harus menjadi teladan bagi masyarakat, bukan simbol penyimpangan,” kata Ferdinandes.
Menurutnya, kasus yang menyeret YM hanyalah satu dari sejumlah peristiwa yang menunjukkan lemahnya sistem pembinaan internal Golkar NTT.
“Belakangan ini Partai Golkar NTT justru banyak mencoreng citra publik akibat ulah sebagian kader. Rentetan kasus ini menimbulkan keresahan masyarakat,” tambahnya.
IMATTU mendesak DPD I Golkar NTT dan DPP Partai Golkar untuk tidak melindungi kader yang terlibat kasus pidana, termasuk kekerasan seksual.
“Sikap tegas partai menjadi cermin komitmen terhadap keadilan dan perlindungan korban. Golkar NTT harus menunjukkan komitmen moral dengan memberi sanksi tegas kepada kader yang mencederai nilai-nilai kemanusiaan,” pungkas Ferdinandes.
Luka dan Harapan Korban
Di balik polemik politik, kasus ini meninggalkan luka mendalam bagi korban. UNS, perempuan muda yang disebut dalam laporan, kini harus menanggung trauma psikologis akibat dugaan kekerasan seksual yang dialaminya.
Kasus ini juga memantik solidaritas masyarakat sipil. Beberapa organisasi perempuan di Kupang menyatakan dukungan moral bagi korban. Mereka menilai, keberanian YNS melaporkan kasus ini adalah langkah penting untuk memutus rantai kekerasan seksual yang sering kali ditutup-tutupi.





